Denmark/Jerman (M9G), – Menjadi pemimpin merupakan bagian dari hak asasi manusia, baik perempuan maupun laki-laki. Hak asasi merupakan hak dasar yang secara kodrati melekat pada diri manusia. Sebagai hak asasi, akses menjadi pemimpin tidak bisa diabaikan karena alasan gender atau alasan penyerta lainnya, seperti ras, suku, agama, atau kondisi fisik.
Urgensi perempuan menjadi pemimpin berpijak pada pentingnya suara perempuan diperhitungkan dan dipertimbangkan dalam proses-proses pembangunan. Jumlah perempuan yang mencapai setengah dari penduduk Indonesia membutuhkan kehadiran perempuan sebagai representasi suara perempuan dalam setiap pengambilan keputusan. Secara bertahap kepemimpinan perempuan semakin diperhitungkan seiring dengan pengakuan terhadap kualitas perempuan. Berbagai penelitian telah menunjukkan bahwa perempuan memiliki kekuatan fisik, intelektual, emosional, dan spiritual yang sama seperti laki-laki. Perempuan juga mampu melakukan hal-hal yang dapat dilakukan oleh laki-laki, baik di bidang professional, sosial, maupun pribadi, termasuk dalam hal kepemimpinan. Namun sayangnya, kepemimpinan perempuan juga masih sedikit jumlahnya dibandingkan dengan laki-laki.
Negara Republik Indonesia memiliki komitmen yang kuat untuk mengarusutamakan gender dalam pembangunan di segala bidang, baik di tingkat nasional, kawasan, maupun global. Sebagai warga Indonesia di mancanegara, Rumah Aman Kita (RUANITA) di bawah naungan Yayasan Ruanita Perempuan Indonesia bekerja sama dengan KJRI Frankfurt, DWP KJRI Frankfurt, yang didukung oleh Afiliansi Pengajar dan Pegiat Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (APPBIPA) Jerman, Bildung und Gesundheit für Indonesien e.V. (BUGI), dan Persatuan Masyarakat Indonesia – Frankfurt e.V. (Permif), bermaksud menggelar diskusi daring pada Jumat, 8 Maret 2024. Acara yang bertepatan dengan Hari Perempuan Internasional ini juga menjadi kesempatan untuk meluncurkan buku kedua RUANITA yang berjudul „Warna-warni Kepemimpinan Perempuan“ yang ditulis oleh 13 warga Indonesia yang tinggal di Eropa, sebagai bagian dari program Warga Menulis di tahun 2023 lalu.
Acara peluncuran buku tersebut dan perayaan Hari Perempuan Internasional ini akan diselenggarakan melalui kanal Zoom pada pukul 16.00-17.45 WIB atau 10.00-11.45 CET, dan terbuka untuk umum bagi warga negara Indonesia di mana pun. Acara ini akan dipandu oleh Zukhrufi Syasdawita, relawan Ruanita dan dibuka secara resmi oleh Tensi Triantoro, ketua Dharma Wanita Persatuan (DWP) Konsulat Jendral Republik Indonesia (KJRI) Frankfurt. Peluncuran buku akan dilakukan oleh Andi Nurhaina sebagai ketua APPBIPA Jerman. Narasumber acara perayaan Hari Perempuan 2024 adalah Duta Besar RI untuk Denmark dan Lithuania, Dewi Savitri Wahab, yang akan menjelaskan peran KBRI/KJRI dalam mendukung partisipasi perempuan Indonesia di mancanegara.
Narasumber selanjutnya adalah Zakiyatul Mufidah Ahmad, penerima beasiswa LPDP, seorang dosen di Indonesia, dan sedang menempuh pendidikan doktoral di Inggris. Dia akan menyampaikan materi tentang bagaimana dinamika kepemimpinan perempuan Indonesia dalam dunia digital.
Sebagai penutup, Wendy A. Prajuli, yang juga merupakan dosen di Universitas Bina Nusantara Indonesia, akan memberikan tanggapan dalam diskusi daring tersebut. Tersedia juga sesi tanya jawab dalam diskusi daring ini.
Diskusi daring ini diharapkan dapat mempromosikan partisipasi perempuan Indonesia dalam pembangunan dan berbagi informasi tentang peran perempuan Indonesia sebagai individu yang berdaya, punya potensi dan prestasi, sebagaimana yang menjadi tujuan proyek Ruanita, yakni mencapai kesetaraan gender./bwm/Rls)
(Narahubung: Mariska Ajeng, Relawan Ruanita, tinggal di Jerman dan di Denmark).